01.32 Posted In Edit This 0 Comments »

PENCEMARAN AIR


Air adalah sumber kehidupan. Air merupakan kebutuhan dasar makhluk di bumi. Tanpa air maka tak ada kehidupan. Ketika bumi masih hijau, hutan masih rimbun, penduduk masih jarang, persediaan air tanahpun lebih dari mencukupi. Disaat bumi semakin sempit karena lonjakan kelahiran, disaat ia mengalami polusi karena pertumbuhan industri yang mengesampingkan lingkungan, soal kualitas dan kuantitas air menuntut tanggung-jawab lebih dari seluruh umat manusia yang bertinggal di muka bumi. Namun, akibat ulah manusia maka air dan sumber air pun menjadi tercemar. Di daerah perkotaan, air tanah sendiri telah tercemar. Adapun di pedesaan, hulu sungai yang rusak sebab penghancuran lingkungan, membuat sungai menyusut kuantitas maupun kualitas airnya. Sesuai konsep hidrologi jumlah air di bumi adalah tetap dan konstan. Namun karena pencemaran sehingga air rusak kualitasnya dan susut kuantitasnya maka air tak bisa dimanfaatkan. Rusaknya kualitas dan susutnya kuantitas air dikawasan kota maupun desa amat sukar untuk ditanggulangi. Industri-industri, perumahan-perumahan, yang terlanjur didirikan tanpa analisis mendalam terhadap dampak lingkungan, telah membuat air tanah tercemar berbagai macam jenis limbah. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar, sumber utama pencemaran air di Indonesia adalah

  1. Limbah domestik

Berasal dari dapur, kamar mandi, dan pengurasan tinja apalagi jika rumah tangga tidak memiliki septic tank yang memenuhi syarat atau membuang tinja langsung ke sungai.

  1. Limbah industri

Industri terbagi 3 yaitu Industri kecil, industri menengah, dan industri besar. Industri kecil dan menengah umumnya menggunakan teknologi yang sederhana. Namun, jumlah industri kecil dan menengah yang ada di Indonesia sangat banyak tetapi sedikit yang memiliki sistem pengolahan limbah. Industri besar diwajibkan untuk memiliki sistem pengolahan limbah karena industri besar umumnya menghasilkan limbah B3.

  1. Limbah pertanian.

Limbah pertanian biasanya berasal dari penggunaan pupuk.


0 komentar: